Rabu, 31 Desember 2008

Jalan-jalan Hemat ke Singapura

Dulu, orang Indonesia yang berbelanja di Singapura di-identik-kan dengan orang kaya. Belum afdol rasanya jika merasa kaya, tapi belum punya hobi bolak-balik ke Singapura, hanya untuk berbelanja.

Lain dulu lain sekarang. Dulu, ongkos yang perlu dikeluarkan untuk ke Singapura memang mahal. Bayangkan saja, dua dekade yang lampau, di tahun 1990, ketika mulai ada penerbangan swasta nasional (Indonesia) yang melayani rute internasional Jakarta-Singapura, harga tiket pergi-pulang termurah yang bisa saya peroleh adalah 1 juta-an rupiah (lupa persisnya berapa). Itu pun dengan naik penerbangan milik maskapai penerbangan Sempati Air, yang telah lama almarhum sebelum sempat menikmati masa-masa booming penerbangan domestik di Indonesia belakangan ini. Jangan lupa, itu di awal dekade 90-an sebagai pembanding, harga sebuah mobil Toyota Kijang Super yang standar ketika itu adalah sekitar Rp 15 juta-an. Belum lagi biaya fiskal udara yang mesti dibayar, sebesar Rp 250.000 per orang (sekarang fiskal udara adalah Rp 2.500.000 mulai 1 jan 2009, NB : Bebas Fiskal kalo punya NPWP ).

Nah, sekarang, dengan booming penerbangan domestik yang terjadi di Indonesia, hukum ekonomi berjalan dengan baik. Dengan semakin banyaknya pilihan penerbangan, harga tiket pun ikut terkoreksi sesuai dengan harga pasar. Harga tidak lagi terlalu ditentukan sewenang-wenang. Karena calon penumpang sekarang punya banyak pilihan.

Dari sekian banyak pilihan yang ada, sebagian besar orang tetap hanya mengetahui rute konvensional ke Singapura, yaitu dari Jakarta (bandara Cengkareng) naik pesawat langsung menuju Singapura (bandara Changi). Walau belakangan ini mulai banyak yang mengetahui jalur alternatif yang bisa lebih murah, yaitu melalui Batam, tapi tidak semua orang tahu.
Bagaimana sih caranya jika kita ingin pergi ke Singapura lewat Batam? Aman kah? Bisa setiap saat? Bisa lebih murah? Jawabannya adalah YA.

Ada banyak pilihan maskapai penerbangan domestik dari Jakarta yang menuju Batam. Harga tiket termurah adalah Rp 200.000 per sekali jalan. Tentunya diperlukan sedikit kesabaran dan juga keberuntungan untuk mendapatkan tiket ini. Yang pasti-pasti sih, normalnya sekitar Rp 250.000-275.000. Kalau mau lebih pasti untuk mendapatkan tiket paling murah, rumus sederhananya adalah hindari pergi/pulang pada waktu akhir pekan, apalagi long weekend. Jangan lupa, di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, anda mesti membayar airport tax sebesar Rp 30.000 (untuk penerbangan domestik). Bandingkan saja, untuk penerbangan internasional dari Cengkareng, airport tax yang mesti dibayar adalah Rp 100.000!

Setibanya di bandara Hang Nadim, Batam, sebelum bertemu dengan tempat pengambilan bagasi dari pesawat, anda akan melihat ada sebuah konter penjualan tiket kapal cepat menuju Harbor Front, Singapore. Mampir lah ke situ. Mau tahu strategi saya? Pantau saja dari kejauhan terlebih dahulu. Kalau kira-kira ada orang lain yang akan menuju konter itu juga, dan dia sendirian atau berdua (pokoknya jika dijumlahkan dengan anda dan teman–jika pergi dengan teman/pasangan) tidak lebih dari 4 orang, segera lah mendekat. Untuk apa? Well, nanti saya sebutkan kenapa nya.

Di konter ini, kita bisa membeli tiket kapal cepat tujuan Singapura tersebut seharga SGD 12 untuk sekali jalan, atau SGD 14 untuk tiket pergi-pulang. Harga ini hanya berlaku untuk orang Indonesia (jika anda tidak ber-paspor Indonesia, harganya lebih mahal lagi. Kalau tidak salah SGD 20 per sekali jalan). Boleh dibayar dengan rupiah. Ada 2 pilihan kapal cepat di sini, Batam Fast atau Penguin. Menurut saya, sama saja. Berangkat nya pun nyaris bersamaan. Hanya berselang sekitar 10 menit. Hampir setiap jam ada jadwal berangkatnya.

Selanjutnya, dari bandara Hang Nadim, kita mesti naik taksi menuju pelabuhan. Ada 2 pilihan pelabuhan, Batam Center atau Sekupang. Terserah anda. Tiket ferry yang sudah anda beli valid di ke-dua tempat tersebut. Saya pribadi lebih memilih berangkat dari Batam Center. Lokasinya lebih dekat dari bandara. Memang, konsekuensinya sedikit lebih lama di laut. 60 menit. Sedang jika berangkat dari pelabuhan Sekupang, di laut hanya sekitar 45 menit. Masalahnya adalah, ongkos taksi jadi lebih mahal. Kelebihan lain dari pelabuhan Batam Center adalah bersebelahan dengan mall. Sehingga kalau masih ada waktu sebelum jadwal ferry berangkat, bisa lihat-lihat atau makan siang sebentar.

Ongkos taksi di Batam terbilang mahal. Untuk jarak Bandara Hang Nadim ke Batam Center ongkosnya Rp 70.000. Ngga pakai tawar-tawaran. Dengan jarak seperti itu, dengan naik taksi yang berlogo burung warna biru di Jakarta itu paling hanya sekitar Rp 25.000! Nah, di sini-lah kesempatan untuk kembali berhemat. Semua orang Jakarta yang ke Singapura lewat Batam pasti karena ingin berhemat. Jadi, jangan segan atau malu menegur orang yang sama-sama hendak membeli tiket ferry di konter yang ada di bandara itu, untuk sekadar mengajak bareng naik taksi menuju pelabuhan! Selama ini saya ngga pernah punya pengalaman ditolak. Pasti mau! Paling top bisa ber-empat. Ongkos taksi ya dibagi 4 :-))Â Sebenarnya sih, dari waktu di dalam pesawat atau bahkan waktu mau check-in di Cengkareng, anda sudah bisa mencari teman sharing naik taksi di Batam. Coba sedikit lebih jeli, anda pasti bisa membedakan mana orang yang tujuannya memang hanya sampai Batam, mana yang mau terus ke Singapura. Gaya-nya lain

Tiba di pelabuhan Batam Center, anda mesti check-in di konter perusahaan ferry yang anda pilih (Batam Fast atau Penguin. Oh iya, di sini juga ada pilihan lain selain yang dua ini, yaitu Wave Master). Pilih jam yang anda inginkan. Check-in ditutup 15 menit sebelum jam keberangkatan. Di sini anda mesti bayar seaport tax sebesar SGD 3 (seperti airport tax kalau di bandara lah).

Setelah itu, jangan lupa membayar fiskal laut di loket pembayaran fiskal. Biayanya hanya Rp 500.000 (bandingkan dengan fiskal udara dari Cengkareng, tarifnya Rp 2,5 juta!). Saya termasuk orang yang beruntung karena paspor saya keluaran kantor imigrasi di Lampung. Saya bebas fiskal jika berangkat dari pelabuhan/bandara mana pun di Sumatera. Begitu juga pemegang paspor Sumatera lainnya. (sekarang tidak lagi, kecuali ada NPWP)

Segera masuk ke ruang tunggu, jangan sampai terlambat, jika memang anda memilih jam keberangkatan terdekat. Tunggu sampai ada panggilan untuk naik ke kapal. Nikmati-lah perjalanan di lautnya. Kapalnya lumayan bagus dan bersih kok.

Perjalanan 60 menit tidak terasa. Sebentar saja sudah tiba di Harbor Front di Singapura. Satu hal yang mesti diingat oleh para perokok, Singapura menerapkan no duty free untuk rokok. Dengan kata lain, berapa pun jumlah rokok yang anda bawa, sedikit atau banyak, akan dikenai cukai. Susah buat yang rokoknya kretek produksi dalam negeri. Harganya di negara singa ini bisa berkali-kali lipat. Tujuannya jelas, supaya orang tidak merokok. Tapi kalau mau lolos sepertinya gampang saja, kalau anda bawa beberapa bungkus, jangan ditaruh bertumpuk jadi satu. Sebar saja di beberapa tempat atau bahkan beberapa tas.

Dari Harbor Front, tinggal tentukan tujuan mau menginap di mana. Saya cenderung menghindari booking terlebih dahulu. Ada banyak pilihan tempat menginap di Singapura. Dari yang kelas backpacker –yang hanya sewa ranjang, sekamar bisa 10-16 orang–sampai hotel berbintang 5.

Karena tema yang saya angkat di tulisan ini adalah cara murah ke Singapura, tentu kita tidak berminat membahas penginapan yang bintang 4 ke atas.
Jika anda sendirian, mungkin menarik untuk coba tinggal di penginapan backpacker. Saya pernah coba di daerah Bugis. Kalau mau cari, silahkan saja naik MRT menuju stasiun Bugis. Saya lupa nama gedungnya. Yang jelas, penandanya adalah Burger King ada di salah satu sisi dari gedung tersebut. Burger King dan penginapan backpacker ini ada pada sisi L. Penginapannya terletak di lantai 3. Anda hanya perlu membayar sebesar SGD 20 per orang untuk kamar yang berisi ranjang tingkat sebanyak 8 buah (jadi kalau full bisa 16 orang). Kamarnya ber-AC. Waktu itu di kamar saya ada beberapa bule cewek dan cowok, ada Jepang dan juga India. Semua friendly. Ciri khas para backpacker. Alternatif lain ada di daerah Little India. Di sana saya malah melihat ada beberapa pilihan penginapan backpacker, yang jika dilihat dari luar sih sepertinya lebih bagus daripada yang pernah saya coba di daerah Bugis. Dibanding dengan alternatif lain, sebenarnya pilihan ini menarik.

Biasanya penginapan backpacker menyediakan beberapa mesin cuci pakaian yang bisa dioperasikan dengan memasukkan uang koin. Selain itu, juga ada yang menyediakan 1-2 PC untuk akses ke Internet dengan sistem pre-paid voucher –dengar-dengar yang di daerah Little India bisa akses Internet gratisan, malah menyediakan wi-fi hotspot juga. Ada ruang TV dengan aneka bacaan/novel yang biasanya merupakan warisan dari turis yang pernah menginap di situ. Breakfast pun disediakan, walau self-service. Ada roti dan mie instan. Juga teh, kopi dan susu. Selesai makan, bersihkan kembali semua peralatan yang anda pakai. Konon ada penginapan backpacker yang dengan kasar meminta tamunya untuk mencuci kembali peralatan makan yang telah pakai; dengan menempel tulisan yang kira-kira berbunyi “Don’t forget to clean up. Your mother doesn’t work here!” Untungnya itu di Eropa.

Update: Penginapan backpacker di Singapura yang memiliki website –sehingga anda bisa melihat-lihat seperti apa suasana di dalamnya– adalah Inncrowd dan Betelbox.
Jika anda kurang tertarik berpetualang dengan gaya backpacker, masih ada alternatif murah lainnya. Datanglah ke daerah Orchard (juga naik MRT). Di sekitar Orchard ada banyak apartemen yang bisa disewa. Yang sudah lumayan dikenal oleh banyak orang Indonesia adalah yang berlokasi di Lucky Plaza. Harga sewa mulai dari SGD 40-80 per malam. Jadi, jika anda tidak sendirian, menyewa apartemen adalah alternatif yang bagus. Apalagi Orchard adalah surganya belanja, mulai dari barang-barang murah dan juga murahan, sampai merk-merk kelas dunia, semua ada di sini.

Kalau anda masih lebih pilih penginapan konvensional –alias hotel– di berbagai penjuru Singapura ada. Seperti yang saya bilang tadi, ngga perlu booking terlebih dahulu. Daerah yang paling banyak hotelnya (yang murah meriah, dengan tarif sekitar SGD 40-80 per malam) ada di seputaran Geylang. Berbeda dengan Bugis, Little India dan/atau Orchard yang namanya terpampang jelas sebagai nama stasiun juga –sehingga anda akan mudah melihat namanya ketika hendak membeli tiket MRT– nama Geylang tidak ada di daftar stasiun yang dilewati MRT. Nama stasiun yang harus anda pilih adalah Aljunied. Jalan kaki sekitar 5-10 menit menuju sekitaran Lorong 22, Lorong 20, Lorong 18 dan Lorong 16 (tanya ke petugas di stasiun atau lihat peta yang ada di mana-mana. Jangan pernah takut tersesat di Singapura. Dari ujung ke ujung negara ini bisa ditempuh dalam waktu 1 jam dengan mobil!), di sini ada setumpuk hotel. Ketika hari mulai menjelang malam, anda akan tahu kenapa di sini banyak hotel. Ya karena di sini adalah kawasan malam (red-light district) -nya Singapura. Mirip seperti Mangga Besar kalau di Jakarta.

Hotel-hotel di sini biasanya menerapkan juga harga diskon. Itu sebabnya, jangan booking dari Internet atau biro perjalanan anda di Jakarta. Waktu check-in dan mendapatkan tarif (biasanya terpampang di dinding pada front office), coba-lah untuk berpura-pura kaget dan bilang, lho kok segitu..? bukannya harganya mestinya segini… (sambil menyebutkan sebuah angka sekitar SGD 20 lebih murah dari harga yang dipajang). Tentunya ngomong dalam bahasa inggris. Tidak semua orang Singapura mengerti bahasa Melayu, apalagi mereka yang beretnis tionghoa atau india. Mintalah harga diskon, bilang kalau anda sudah sering ke sana. Tentunya selama paspor anda mengatakan bahwa anda sering ke Singapura. Kalau paspor anda tidak mengatakan begitu, bilang saja teman anda sering ke situ dan bilang harganya segini. It works, my friend!

Jika urusan menginap sudah selesai, tinggal urusan jalan-jalan. Semua orang Indonesia yang jalan-jalan ke Singapura pasti ke Orchard, walau mungkin hanya melihat-lihat. Tempat wajib lainnya adalah melihat dan berfoto di dekat patung singa (namanya Merlion. Naik MRT menuju Raffles City). Untuk berbelanja yang murah (street shopping) bisa dilakukan di Bugis atau China Town. Sebagai contoh, harga kaos bergambar dengan tulisan “Singapore is a fine city” yang populer itu bisa diperoleh seharga SGD 10 untuk 4 buah t-shirt berbagai ukuran. Salah satu tempat belanja “wajib” lainnya bagi orang Indonesia adalah Mustafa center. Naik MRT, turun di Little India. Pusat belanja yang satu ini sudah tersohor murahnya.. dan yang terpenting, dia buka 24 jam dalam sehari!

Masih banyak lagi segudang tempat menarik lainnya di Singapura. Ada banyak brosur yang bisa anda ambil di berbagai tempat publik di Singapura. Salah satunya ada persis di depan pintu anda keluar dari tempat pemeriksaan barang ketika baru turun dari kapal cepat yang membawa anda dari Batam.

Intinya, untuk jalan-jalan ke Singapura sekarang tidak perlu bermodal banyak. Yang penting tahu harus bagaimana. Oh iya, untuk jalur pulang, kali ini tidak ada salahnya untuk memilih rute langsung dari bandara Changi di Singapura untuk langsung menuju Jakarta. Setidaknya pada saat ini sudah ada beberapa maskapai penerbangan nasional Indonesia yang melayani rute Singapura-Jakarta; Garuda Indonesia, Merpati, Lion Air dan Adam Air. Kalau mau coba pesawat milik maskapai luar negeri seperti KLM, Cathay, Singapore Airlines, dsb juga menarik tuh. Sekali-sekali nyobain pesawat besar! Tiket tentunya sudah pesan dari Jakarta.

Sumber : http://www.zikri.com/2007/04/11/jalan-jalan-hemat-ke-singapura/

Melancong ke Kuala Lumpur

Seperti halnya berlibur ke Singapura, Kuala Lumpur telah menjadi salah satu tujuan wisata bagi sebagian orang Indonesia. Dengan ongkos yang hanya berbeda sedikit dengan ongkos Jakarta-Denpasar (Bali), Kuala Lumpur menjadi alternatif yang menarik. Karena ‘judul’nya adalah liburan ke luar negeri! Gengsinya jelas beda.

Tulisan saya kali ini akan membahas cara menuju Kuala Lumpur, lewat Singapura. Rute ini adalah rute yang sangat menarik, karena ibarat pepatah, sekali merengkuh dayung dua-tiga pulau terlampaui. Tulisan ini sekaligus merupakan sambungan dari tulisan saya tentang cara menuju Singapura dengan biaya lebih murah melalui Batam.

Rute yang bisa ditempuh untuk paket hemat ini adalah berangkat dari Jakarta menuju Batam, lalu ke Singapura dan melanjutkan ke Kuala Lumpur. Kembali ke Jakarta langsung dari Kuala Lumpur. Atau kalau mau dilanjutkan lagi, ada banyak alternatif, misalnya ke daerah Genting (pegunungan seperti di Puncak, dengan berbagai fasilitas hiburan, termasuk judi), atau ke Pulau Penang. Genting dan Penang masih dalam wilayah kedaulatan Malaysia. Kalau mau terus lagi bisa juga ke wilayah selatan Thailand (Phuket dan sekitarnya), terus ke atas bisa sampai Bangkok.

Pada umumnya pelancong yang sedang di Singapura dan ingin melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur akan mengambil alternatif perjalanan darat dengan bus. Selama ini rute baku yang diketahui adalah direct dari Singapura ke Kuala Lumpur. Naik bus dari terminal Golden Miles di Singapura, yang akan membawanya ke terminal Puduraya di Kuala Lumpur. Bus ini bertarif sekitar SGD 26/orang. Pilihan ini bukan yang terbaik. Karena dengan sedikit trik, anda bisa mendapatkan 1/2 harga, dengan naik bus yang sama!

Bagaimana caranya? Bus-bus yang berangkat dari Golden Miles (Singapore) ini akan mampir terlebih dahulu di terminal bus Larkin, di Johor Baru (Malaysia). Nah, cobalah naik bus tujuan Kuala Lumpur dari terminal ini. Tarifnya hanya MYR 24 (sekitar SGD 11 saja!). Untuk bisa tiba di terminal Larkin ini, ada banyak bus yang bisa dinaiki dari Singapura. Setidaknya yang saya tahu ada di dekat stasiun MRT Bugis, Lavender dan Kranji. Tarif bus dari Singapura menuju Johor Baru ini sekitar SGD 2.50/orang, dengan waktu tempuh sekitar 30-40 menit. Setiap saat ada bus yang berangkat. Mungkin sekitar 10-15 menit sekali di setiap tempatnya. Jadi, ngga usah khawatir.

Di perbatasan negara antara Singapore dan Malaysia kita mesti melewati checkpoint imigrasi ke-dua negara. Di sini, kita harus turun dari bus dan berjalan kaki ke loket imigrasi. Jangan lupa untuk membawa semua barang bawaan tanpa terkecuali. Karena waktu keluar dari sini kemungkinan besar bus yang akan kita pakai untuk melanjutkan perjalanan adalah bus yang berbeda. Tinggal naik saja. Yang penting perusahaan operator bus-nya sama. Ada beberapa yang saya ingat, misalnya SBS, Causeway, dsb. Jangan sampai tiket hilang, karena itu artinya harus bayar lagi. Bus berjalan sebentar, mungkin hanya sekitar 1-2 menit, sudah berhenti lagi dan lagi-lagi kita harus turun. Kalau tadi adalah imigrasi Singapura, kali ini imigrasi Malaysia. Hal serupa mesti dilakukan kembali, bawa semua barang.

Setibanya di terminal Larkin (Johor Baru, Malaysia), mungkin anda akan dihampiri oleh 1-2 orang calo. Ngga usah diladeni. Ngga perlu khawatir juga, terminal di sana cukup aman koq, jangan bayangkan anda seperti orang kampung yang baru tiba di terminal Kampung Rambutan atau Pulogadung di Jakarta, yang bisa “dimakan” orang. Bahkan di tengah malam sekali pun. Cobalah berjalan berkeliling beberapa loket agen bus yang ada di depan mata. Coba lihat tulisan jam keberangkatan bus tujuan Kuala Lumpur. Cari saja yang paling dekat jam keberangkatannya.

Ada baiknya juga sebelum memutuskan hendak naik bus yang mana, cobalah memandang ke bus-bus yang parkir, bus milik operator mana yang menarik minat anda. Saya menghindari penyebutan nama perusahaan bus favorit saya di sini, karena alasan netralitas. Tapi mestinya mata anda pun tak akan berbohong pada diri sendiri. Bus mana yang bagus, setidaknya dari tampilan fisik. Pada poin ini pun tidak perlu khawatir, setiap saat ada bus yang akan berangkat ke Kuala Lumpur.

Waktu tempuh antara terminal Larkin (Johor Baru) dan Puduraya (Kuala Lumpur) sekitar 4-5 jam. Perjalanan pada malam hari akan lebih cepat, karena jalanan kosong. Jika ternyata masih ada waktu menunggu, di terminal ini juga banyak kedai tempat makan yang bisa dipakai sebagai tempat duduk-duduk membuang waktu sambil menikmati makanan atau kopi. Karena saya adalah pecandu kopi tubruk, catatan untuk sesama penggemar kopi tubruk di sini adalah, bilang: “saye nak kopi o”. Jangan cuma kopi. Nanti yang diberikan adalah kopi 3in1.

Selama perjalanan di bus tidak banyak yang menarik. Tapi lumayanlah buat ganti suasana pemandangan. Satu hal yang menarik, di Singapore atau Malaysia supir bus itu digaji. Bukan kejar setoran seperti di Indonesia. Jadi ngga akan kebut-kebutan. Malah pernah saya menggerutu sendiri, karena menganggap si supir terlalu lamban menjalankan busnya seperti keong.
Terminal tujuan di Kuala Lumpur adalah terminal Puduraya. Lokasinya tidak jauh dari daerah pecinan di Petaling street. Hanya sekitar 5 menit dengan berjalan kaki. Terminal ini pula-lah yang menjadi titik sentral bus-bus antar kota di Malaysia atau bahkan antar negara (Malaysia-Singapore atau Malaysia-Thailand). Jadi, jika nanti selanjutnya berminat melanjutkan perjalanan darat ke kota-kota lain –termasuk ke beberapa kota di Thailand atau kembali lagi ke Singapura– anda mesti kembali lagi ke terminal ini.

Sama seperti terminal-terminal antar kota di Indonesia, di sekitar terminal ini pun banyak tersedia penginapan. Mulai dari yang kelas losmen/hostel sampai hotel yang bagus. Jika anda tiba di sini dini hari, mungkin sebaiknya beristirahat dulu di penginapan yang murah. Lumayan menghemat, karena seperti di Indonesia, jika anda check-in sebelum jam 6 pagi itu dihitung menginap 1 malam. Check-in jam 7 pagi tidak ada bedanya dengan anda check-in jam 7 malam. Setelah hari terang baru mencari hotel yang bagus. Ini jika anda ingin tinggal di hotel yang lebih bagus.

Alternatif arah perjalanan anda untuk mencari penginapan ada 2 (dua). Berjalan ke arah bawah menuju Petaling street (pada arah yang sama jika diteruskan berjalan 4-5 menit dari Petaling street anda akan menemukan lokasi wajib lainnya yaitu Pasar Seni). Pada arah ini, tepatnya di seputaran Petaling street dan jalan-jalan di sekitarnya, ada beberapa hotel dan juga hostel (backpacker). Penginapan backpacker di sini bertarif sekitar MYR 30-40 per ranjang.

Sedangkan untuk hotel berkelas bintang 1-2 tarifnya sekitar MYR 80-150 per kamar. Alternatif yang ke-dua adalah dari terminal Puduraya berjalan ke arah atas, ke arah Bukit Bintang. Ini juga adalah daerah wajib dikunjungi. Ada beberapa shopping center yang menarik, termasuk untuk belanja barang-barang elektronik (yang ini cari saja di Plaza Low Yat). Di seputaran Bukit Bintang ini ada banyak sekali penginapan. Lagi-lagi dari yang kelas hostel sampai hotel. Salah satu favorit tempat saya menginap ada di sini. Tapi tarifnya bukan tarif backpacker, tapi buat saya price per performance-nya lumayan.

Setelah urusan penginapan beres, tinggal masalah jalan-jalan. Ada banyak lokasi yang bisa dikunjungi. Selain Petaling street dan Pasar Seni yang tadi sudah disebutkan, tentu saja jangan lupa untuk meng-explore seluk beluk daerah Bukit Bintang ini. Seperti hal-nya daerah Geylang, Bukit Bintang adalah juga kawasan red-light. Tapi yang lebih banyak berkeliaran di sini adalah makelarnya. Pernah ada yang dengan terang-terangan menawarkannya ke saya dengan mengatakan: “awak nak ape… melayu ker? cine ker? atau nak keling juge ade!”

Seperti halnya orang ndeso jalan-jalan ke Jakarta yang tidak akan melewatkan wisata ke Monas, para turis yang melancong ke Kuala Lumpur pun wajib datang dan berfoto di menara kembar Kuala Lumpur City Center (KLCC), yang merupakan salah satu dari gedung tertinggi di dunia. Dari Bukit Bintang bisa saja jalan kaki ke mari. Tapi sebaiknya naik taksi. Kurang lebih ongkosnya MYR 10, pakai argo. Tapi harap diingat, pada jam-jam tertentu (jam macet, jam pulang kantor) banyak supir taksi yang ogah pakai argo untuk jarak dekat atau yang melewati daerah macet. Ada juga perusahaan taksi yang mengenakan tambahan biaya beberapa puluh sen untuk tambahan per penumpang (jika penumpang dalam taksi ada 2,3 atau 4 orang).

Jika anda berminat untuk naik ke atas menara, pihak manajemen KLCC mengijinkannya.. dan gratis! Tapi untuk ini anda mesti mengantri tiket terlebih dahulu. Sangat disarankan mengambil tiket sepagi mungkin. Lokasi tiket ada di basement salah satu menara dari twin tower ini. Cari atau tanyakan saja pada satpam. Di dekat loket tiket ini juga ada toko yang khusus menjual memorabilia tentang KLCC. Setelah mendapatkan tiket, anda akan mengetahui kira-kira jam berapa anda boleh naik. Perlu diingat juga, kalau hari Senin tidak ada turis yang boleh naik, karena itu waktu perawatannya. Anda akan mendapatkan kesempatan sekitar 10 menit berada di atas jembatan yang menghubungkan Tower 1 dan Tower 2, yang berada di ketinggian sekitar lantai 41-42.

Selain KLCC Twin Towers –yang juga disebut menara Petronas–, Malaysia juga memiliki Menara Kuala Lumpur (KL Tower), yang juga merupakan salah satu menara tertinggi di dunia. KL Tower ini mirip seperti Menara TVRI di Senayan Jakarta. Tapi lebih besar. Menara ini berlokasi di Bukit Nanas. Bisa naik monorail untuk mencapai lokasi ini. Sebagai orang Indonesia, kita boleh ikut berbangga, karena arsitek bangunan kebanggaan orang Malaysia ini adalah insinyur Indonesia. Anda boleh berlama-lama di atas menara ini, karena untuk menaikinya mesti bayar, MYR 20. Tapi dari atas sini kita bisa melihat sekeliling Kuala Lumpur dan meneropong berbagai tempat dengan teropong koin. Posisi anda pun jauh di atas posisi jembatan penghubung Twin Towers.

Tempat lain yang menarik untuk membuat foto kenangan adalah Dataran Merdeka (Merdeka Square). Di sini ada gedung menarik, Sultan Samad Building, yang juga menjadi icon Kuala Lumpur. Masih ada beberapa tempat menarik lainnya. Tidak usah khawatir, di berbagai tempat (misal di dalam mal di KLCC) anda akan dengan mudah mendapatkan berbagai brosur tujuan wisata di sekitar KL dan/atau kota lain di Malaysia.

Terakhir, untuk kembali ke Jakarta, anda bisa menuju stasiun KL Sentral dengan menaiki LRT. Dari sini, perjalanan dilanjutkan kembali menuju bandara. Uppss, bergantung pesawat apa yang anda naiki. Jika naik AirAsia, anda mesti menuju LCC (Low Cost Carrier) Terminal. Tapi jika naik pesawat selain AirAsia, anda harus menuju KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Jika tujuan anda adalah LCC (naik AirAsia), anda mesti berjalan ke luar area stasiun LRT, cari petunjuk ke arah bus menuju LCC Terminal (turun ke bawah). Anda akan menemukan bus yang akan membawa anda ke LCC. Tarifnya hanya MYR 9. Tapi jika tujuannya adalah KLIA, mesti naik kereta KLIA Express. Kalau yang ini, anda ngga perlu ke luar area stasiun LRT. Cari di mana loket tempat membeli tiket KLIA Express. Keretanya bagus dan bersih. Hanya perlu waktu 30 menit untuk bisa tiba di KLIA. Tapi harganya juga bagus. MYR 35. hehe. Kalau bepergian dengan partner, 3 atau 4 orang, mending naik taksi ke KLIA (dari Kuala Lumpur sekitar MYR 80).

Sumber: http://www.zikri.com/2007/05/11/melancong-jalan-jalan-murah-hemat-ke-kuala-lumpur/

Tak Punya NPWP, Bayar Fiskal Rp 2,5 Juta Mulai 1 Januari 2009

Jakarta - Ditjen Pajak telah menetapkan tarif fiskal bagi yang tak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebesar Rp 2,5 juta untuk setiap orang yang bepergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat udara. Sementara via angkutan laut bagi yang tak memiliki NPWP akan dikenai fiskal Rp 1 juta.

Pembayaran Fiskal Luar Negeri (FLN) itu merupakan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan (PPH) yang dapat dikreditkan terhadap PPH yang terutang pada akhir tahun oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang bersangkutan setelah memiliki NPWP.

Pengenaan fiskal itu berarti naik 150% dibandingkan fiskal via angkutan udara yang saat ini sebesar Rp 1 juta. Sementara untuk via angkutan laut, fiskal berarti naik 100% dari saat ini sebesar Rp 500 ribu. Namun jumlah ini lebih rendah dari usulan semula sebesar Rp 3 juta untuk angkutan via udara.

Menurut siaran pers dari Ditjen Pajak, Selasa (23/12/2008), ketentuan ini berlaku mulai 1 Januari 2008 untuk WP OP yang berusia 21 tahun. Keputusanini akan berlaku hingga 31 Desember 2010.

Pengecualian kewajiban membayar FLN bagi WP OP yang bepergian ke luar negeri dilakukan secara otomatif untuk WP OP tertentu dengna cara menerbitkan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN).

Pihak-pihak yang secara otomatif bebas fiskal adalah:

  1. WP OP yang berusia kurang dari 21 tahun
  2. Orang asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dalam 12 bulan
  3. Pejabat Perwajilan Diplomatik
  4. Pejabat Perwajilan Organisasi Internasional
  5. WNI yang memiliki dokumen resmi penduduk negara lain
  6. Jamaah Haji
  7. Pelintas batas jalan darat
  8. Tenaga Kerja Indonesia dengna Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN).

Yang bebas SKBFLN adalah:

  1. Mahasiswa asing dengan rekomendasi perguruan tinggi.
  2. Orang asing yang melakukan penelitian
  3. Tenaga kerja asing di pulau Batam, Bintan dan Karimun
  4. Penyandang cacat atau orang sakit yang akan berobat ke luar negeri atas biaya organisasi sosial termasuk seorang pendamping
  5. Anggota misi kesenian, kebudayaan, olah raga dan keagamaan
  6. Program pertukaran mahasiswa dan pelajar
  7. Tenaga Kerja Indonesia selain KTKLN.

Bagi WP OP yang bebas fiskal karena memiliki NPWP, maka:

  1. Menyerahkan fotokopi kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atau Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS), fotokopi paspor dan boarding pass ke petugas Unit Pelaksana Fiskal Luar Negeri (UPFLN).
    Jika kartu NPWP atas nama Kepala Keluarga, maka anggota keluarga yang akan berangkat ke luar negeri harus melampirkan fotokopi kartu keluarga.
  2. Petugas UPFLN menerima dan meneliti fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS, fotokopi paspor dan boarding pass serta fotokopi kartu keluarga, kemudian menginput NPWP pada aplikasi yang tersedia.
  3. Apabila NPWP dinyatakan valid, maka petugas UPFLN menempelkan stiker bebas fiskal pada bagian belakang boarding pass yang ditujukan untuk penumpang.
  4. Penumpang menyerahkan boarding pass yang telah ditempel stiker Bebas Fiskal kepada petugas konter pengecekan FLN untuk diteliti.
  5. Penumpang tujuan luar negeri tetap wajib membayar FLN jika:
    Tidak menyerahkan fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS
    Menyerahkan fotokopi NPWP/SKT/SKTS namun check digit menyatakan tidak valid
    Menyerahkan fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS yang dimiliki oleh Kepala Keluarga namun tidak melampirkan kartu keluarga atau melampirkan kartu keluarga tetapi nama penumpang tidak tercantum dalam susunan kartu keluarga itu.


source : detik.com

Melancong Ala Backpacker

Melancong merupakan kegiatan yang sangat diminati bagi orang yang pengen melihat suasana dan tempat baru yang belum pernah di datangi atau juga dapat diartikan aktifitas jalan-jalan ke tempat yang diminati. Di era sekarang sangat mudah untuk melakukan melancong, tinggal hubungi travel maka semua keinginan kita sudah dapat terwujud tapi ini memelukan biaya yang cukup besar.

Sekarang dengan segala informasi yang ada, banyak orang sudah mulai berpikir bagaimana caranya melancong dengan cara hemat tetapi tujuan tercapai. Istilah trendnya adalah " Melancong ala Backpacker".

Backpacker memiliki arti yang begitu luas tergantung dari mana melihatnya. Membuat defisini arti backpacker mungkin sangat bias. Ada yang mengartikan backpacker sebagai tas yang dikenakan di punggung tentu saja tidak salah. Kini backpacker bukan lagi perjalanan yang dilakukan dengan mengunakan tas ransel yang dikenakan di punggung mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah di jangkau sebelumnya.

Banyak pelancong yang megunakan tas ransel yang di sandangkan bahkan ada tas ransel yang mengunakan roda (trolley). Menurut saya melancong ala backpacker adalah cara kita melakukan suatu perjalanan yang dilakukan melalui beberapa proses seperti membuat itinerary, membuat rencanan perincian dana yang akan dikeluarkan, menyiapkan perlengkapan, menentukan destinasi, menetapkan akomodasi dan transportasi yang sesuai dengan dana atau budget.